Siang itu, cahaya matahari menembus lembut kaca jendela ruang foyer di sebuah hotel di Jakarta. Di alas karpetnya sudah tersusun rapi kompor-kompor listrik, kursi mini, wajan kecil berisi malam cair, kain putih dan canting yang siap digenggam. Aroma khas lilin hangat perlahan memenuhi udara, menandai dimulainya sebuah pengalaman budaya yang tak biasa, membatik bersama para delegasi dari negara tetangga.
Tamu-tamu yang sebelumnya sibuk dalam pertemuan formal kini tampak santai, bahkan antusias. Beberapa delegasi tersenyum malu-malu saat malam dari cantingnya menetes terlalu cepat, membentuk titik-titik tak beraturan. Sementara delegasi lainnya tampak begitu serius, matanya fokus mengikuti garis motif yang sudah digambar ditemani adik-adik dari Sekolah Khusus (SKh) Negeri 01 Kota Cilegon, Provinsi Banten.
Ketika motif-motif sederhana mulai terbentuk, ruangan itu seolah dipenuhi dengan cerita. Cerita tentang perjumpaan, tentang kebersamaan, dan tentang bagaimana sebuah budaya dapat menjembatani perbedaan. Saat kegiatan usai, kain-kain batik hasil karya tangan para delegasi digantung berjajar, menampilkan keberagaman motif yang lahir dari tangan-tangan asing namun penuh ketulusan.
Delegasi dari Filipina, Science Research Specialist Department of Energy Philippines Marinnyl Abla Aguilar menyampaikan pengalamannya mengikuti sesi workshop membatik, menurutnya ini merupakan pengalaman pertama yang mengesankan.
“Khusus untuk workshop batik, ini adalah pertama kalinya kami membatik, jadi kami sangat mengapresiasi dan menikmati sesinya, dan ternyata kami dapat memiliki kain batiknya setelah sesi selesai, jadi kami sangat senang untuk mengikuti sesi ini,” ujar Marinnyl.
Koordinator Kerja Sama dan Investasi Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ridwan Budi menjelaskan alasan menghadirkan workshop Batik Rinara pada Pertemuan Brunei Darussalam–Indonesia–Malaysia–Filipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) Power and Energy Infrastructure Cluster (PEIC) ke-12.
Menurut Budi, Batik Rinara merupakan karya otentik dari Cilegon, Banten yang inspirasi desainnya lokal dan dikembangkan komunitas ibu-ibu dan adik-adik berkebutuhan khusus. Adik-adik tersebut menjadikan kegiatan membatik sebagai media komunikasi dan ekspresi seni.
“Kami juga ingin memberi panggung untuk Batik Rinara agar lebih dikenal ke dunia luar, berikut memasukkan kontribusi adik-adik dalam kenangan delegasi BIMP saat mereka membatik bersama,” jelas Budi.
Ekskursi ke Museum Nasional Jakarta
Selain membatik, pada rangkaian hari terakhir pertemuan BIMP-EAGA, para delegasi BIMP EAGA diajak berkunjung ke Museum Nasional pada sesi ekskursi untuk menunjukkan sejarah panjang dan kekayaan budaya Indonesia, termasuk perjuangan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan yang diraih dengan keringat, airmata dan darah para pahlawan.
Head of BIMP Facilitation Centre (BIMP-FC), Dr. Susan Pudin dari Malaysia menceritakan pengalamanya berkunjung ke Museum Nasional, menyaksikan koleksi arca-arca kuno, prasasti, serta peradaban manusia purba. Menurutnya pengalaman ini membawa dirinya lebih dekat dengan budaya Indonesia.
“Saya suka museum dan ini adalah waktu yang sangat berarti untuk mengenal Indonesia lebih baik. Meskipun saya sudah beberapa kali ke sini. Jadi saya ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada tuan rumah kami, Indonesia,” jelasnya tersenyum ramah.
Delegasi lainnya dari Filipina, Senior Science Research Specialist Department of Energy Philippines Lezzel Barcena Amaro tidak ketinggalan, ia menjelaskan kegiatan ekskursi membawanya lebih santai. Baginya ada keseimbangan antara bekerja dan menikmati waktu luang pada kegiatan ekskursi.
“Saya senang adanya keseimbangan antara waktu luang dan bekerja. Jadi ada waktu bagi pikiran kita untuk bersantai setelah bertukar pikiran untuk rapat,” jelas Lezzel.
Pertemuan BIMP EAGA PEIC 2025 dilaksanakan pada tanggal 23-25 September 2025 di Jakarta dan Indonesia bertindak selaku tuan rumah. Rangkaian kegiatan meliputi workshop pembahasan dokumen BIMP EAGA Vision 2035 (BEV 2035), persidangan dan, kegiatan pengenalan budaya Indonesia kepada delegasi seperti workshop membatik dan kegiatan ekskursi. (RO)