Energi Listrik untuk Membatik, Program TJSL Ubah Hidup Lebih Baik
Ringkasan Berita
Dari secarik kain dan seperangkat alat membatik, Rina Ramayanti (58) terus berjuang mengembangkan usaha batiknya. Binar di wajahnya menggambarkan kegigihan yang tak pernah padam. Meski sempat mengalami masa sulit dan terpuruk, Rina membuktikan bahwa tidak ada jerih payah yang sia-sia.
Dari secarik kain dan seperangkat alat membatik, Rina Ramayanti (58) terus berjuang mengembangkan usaha batiknya. Binar di wajahnya menggambarkan kegigihan yang tak pernah padam. Meski sempat mengalami masa sulit dan terpuruk, Rina membuktikan bahwa tidak ada jerih payah yang sia-sia.
Matanya sendu saat mengenang bagaimana pandemi mengubah semuanya. Setelah suaminya tiada, usaha batik yang dirintisnya pun sempat terhenti. Pembatasan kerumunan kala itu membuat produksinya terpaksa tutup.
"Produksi kami harus tutup karena tidak boleh ada perkumpulan di tempat batik kami," kenang Rina.
Namun perlahan, usahanya kembali bangkit. Diawali dengan pertemuannya dengan tim program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Banten tahun 2022. Kini, Rinara Batik mampu memberdayakan kelompok rentan ibu-ibu rumah tangga kurang mampu serta anak-anak berkebutuhan khusus di Kota Cilegon, Provinsi Banten.
"Masyarakat sangat terbantu dari yang mulai pengangguran, yang tidak ada pekerjaan, ibu rumah tangga, sekarang Alhamdulillah mereka punya penghasilan sendiri," ujar Rina.
Senior Manager Perencanaan PLN UID Banten, Luky Artanti menjelaskan, angka pengangguran dan kemiskinan di Cilegon cukup tinggi. Untuk itu, pihaknya berkomitmen memberikan dampak nyata melalui Program TJSL Batik Inklusif Rinara yang terintegrasi dengan pemberdayaan anak-anak berkebutuhan khusus.
Selain pembinaan dan pendampingan, PLN juga memberikan bantuan peralatan membatik dan menjahit berbasis electrified lifestyle. Dengan pemanfaatan energi listrik mulai dari mesin jahit, alat batik, hingga canting listrik produktivitas masyarakat meningkat pesat. Jika dulu 100 kain batik selesai dalam tiga bulan, kini bisa selesai hanya dalam satu bulan.
"Dengan energi listrik kita juga bisa membantu dan membuat pengelolaan batik ini menjadi lebih cepat dan lebih efisien," jelas Luky.
Koordinator Humas dan Layanan Informasi Publik Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Pandu Satria Jati dalam kunjungan monitoring Program TJSL ke PLN Group di Kota Cilegon, Jumat (29/8/2025) mengapresiasi program Kawasan Batik Inklusif Rinara karena telah menggunakan electrified lifestyle.
Pandu menyampaikan agar badan usaha yang bergerak di bidang energi juga memiliki program TJSL yang menyediakan akses dan pengembangan energi untuk masyarakat.
"Pembangkit di suatu wilayah usaha yang di sekitarnya masih ada yang menyalur listrik dari tetangga kami harapkan bisa dibantu untuk program TJSLnya melalui pasang baru listrik," jelas Pandu.
Selain Batik Rinara, tim Ditjen Ketenagalistrikan juga meninjau Program Gerakan Tatakelola Sampah Edukatif untuk Peduli Lingkungan (Gertak Sepekan) di Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Banten.
Melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Gebers Cemerlang di Cibeber yang dibina oleh PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Suralaya, sampah diolah sehingga memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Selain pemilahan dan penimbangan sampah, KSM Gebers Cemerlang juga berinovasi membuat alat pengolahan sampah ramah lingkungan bernama Tungku Sangkrah.
Ketua KSM Gebers Cemerlang, Salman (52) menyebut, bank sampah mereka kini terus berkembang. Dari awalnya hanya 8 Bank Sampah Unit (BSU), kini bertambah menjadi 16 unit dengan melibatkan 920 warga.
"Kita targetnya tahun ini 20 BSU, saat ini baru 16, sepertinya akan tercapai karena bertambah terus," ungkap Salman.
Ditjen Ketenagalistrikan melakukan monitoring TJSL dalam rangka mendukung percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem, pembangunan daerah tertinggal, pencegahan stunting, hingga penanggulangan terorisme. Monitoring kali ini dilakukan menggandeng Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin). (RO)