RUPTL Jadi Katalis Investasi IPP dan Percepatan Transisi Energi
Ringkasan Berita
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Badan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik merupakan landasan strategis bagi pengembangan sektor ketenagalistrikan sekaligus akselerasi transisi energi nasional. RUPTL menjadi katalis investasi oleh pengembang listrik swasta atau Independent Power Producers (IPP) sekaligus persepatan transisi energi.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Badan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik merupakan landasan strategis bagi pengembangan sektor ketenagalistrikan sekaligus akselerasi transisi energi nasional. RUPTL menjadi katalis investasi oleh pengembang listrik swasta atau Independent Power Producers (IPP) sekaligus persepatan transisi energi.
Hal tersebut disampaikan Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Wanhar dalam diskusi bertajuk Beyond the Blueprint-RUPTL as a Catalyst for IPP Investment and Energy Transition, Rabu (13/8/2025) di Jakarta.
Ia mengapresiasi terselenggaranya diskusi ini sebagai wadah mempertemukan para pengembang pembangkit swasta atau Independent Power Producer (IPP) untuk membahas peran mereka dalam mendukung pembangunan kelistrikan nasional. Menurutnya, penguatan investasi di sektor ketenagalistrikan menjadi prioritas nasional yang sejalan dengan agenda transisi energi.
“Peran IPP sangat penting untuk mendukung pembangunan kelistrikan nasional sekaligus mempercepat transisi energi,” ujarnya.
Lebih lanjut Wanhar mengungkapkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan platform Connectivity yang akan diluncurkan dalam ajang Investment Summit. Platform ini berisi informasi lengkap mengenai proyek-proyek ketenagalistrikan yang akan dilelang.
“Connectivity diharapkan menjadi sarana komunikasi dan kolaborasi antara PLN, pelaku usaha, lembaga keuangan, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan begitu, semua pihak dapat mengambil keputusan yang tepat, baik sebagai pengembang maupun investor,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Eka Satria menyoroti peluang dan tantangan implementasi RUPTL terbaru. Menurutnya, RUPTL tidak hanya menyediakan ruang investasi pada proyek-proyek PLN, tetapi juga membuka peluang di luar RUPTL seperti ekspor listrik serta pengembangan energi baru berbasis hidrogen dan amonia.
“Diskusi ini membahas apakah RUPTL baru dapat dijalankan dengan baik, apa saja tantangannya, dan di mana peluangnya. Tidak hanya di proyek PLN, tetapi juga peluang lain seperti ekspor listrik, hidrogen, dan amonia biru,” ungkap Eka.
Eka menambahkan, APLSI akan menyusun white paper berisi rekomendasi implementasi RUPTL yang akan diajukan kepada pemerintah. Langkah ini diharapkan dapat memastikan agar RUPTL dan transisi energi menjadi peluang investasi yang bankable sekaligus memberikan nilai tambah bagi Indonesia.
Diskusi juga menghadirkan Sacha Winzenried, Energy, Utilities & Resources and Energy Transition Director PwC Indonesia. Ia menekankan pentingnya momentum dunia usaha untuk mendorong percepatan transisi energi melalui kebijakan yang tepat.
“Saat ini adalah waktu yang tepat bagi dunia usaha untuk meyakinkan pemerintah bahwa inilah jalur yang benar, dengan kapasitas politik yang ada untuk melaksanakannya,” ujar Sacha.
Menurutnya, RUPTL terbaru memberikan arah yang lebih jelas bagi pelaku usaha dalam merencanakan investasi jangka panjang. Kejelasan peta jalan transisi energi ini sangat dibutuhkan agar dunia usaha dan investor dapat mengambil keputusan yang lebih terukur dan minim risiko.
Melalui forum ini, para pemangku kepentingan di sektor energi diharapkan dapat membangun kolaborasi yang lebih kuat dalam menyukseskan implementasi RUPTL. Dengan demikian, percepatan transisi energi dapat berjalan seiring dengan peningkatan iklim investasi yang sehat bagi pembangunan ketenagalistrikan nasional. (NH)