Sabtu, 09 Agustus 2025

Detail Berita

Jumat 30 Mei 2025 Berita Terkini

Dari Lampu Pelita ke Terang Nusantara: Tekad Menteri Bahlil Terangi Desa Melalui Lisdes

Ringkasan Berita

Suatu pagi di Maluku Tengah, puluhan tahun silam, seorang anak kecil terbangun dengan noda hitam di keningnya. Bukan karena bermain kotor-kotoran, melainkan karena asap lampu pelita yang menemani tidurnya semalaman.

 

Suatu pagi di Maluku Tengah, puluhan tahun silam, seorang anak kecil terbangun dengan noda hitam di keningnya. Bukan karena bermain kotor-kotoran, melainkan karena asap lampu pelita yang menemani tidurnya semalaman.

Di kampung halamannya yang belum teraliri listrik, penerangan malam hanya berasal dari nyala temaram lampu minyak tanah. Namun anak itu tetap gigih berusaha memperbaiki nasib, hingga kini menjadi seorang Menteri.

Itulah sepenggal kisah masa kecil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.
Kenangan masa lalu tanpa listrik tak lekang dalam ingatannya. Kini, sebagai pemegang amanah pemerataan energi nasional, Bahlil memimpin langsung Program Listrik Desa (Lisdes) yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2039. Melalui program ini, pemerintah berkomitmen mengaliri listrik ke 5.758 desa yang hingga kini masih hidup dalam gelap.

“Saya tidak ingin ada lagi anak-anak Indonesia yang tumbuh tanpa listrik seperti saya dulu. Ini bukan hanya soal energi, ini tentang keadilan,” ujar Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (26/5/2025).

Melalui Program Lisdes, pemerintah tidak hanya bertekad membangun pembangkit listrik dengan kapasitas total 394 megawatt, tetapi juga menyambungkan aliran listrik ke sekitar 780 ribu rumah tangga. Proyek ini membutuhkan investasi sekitar Rp50 triliun dan membuka peluang kolaborasi dengan sektor swasta.

“Program ini bukan hanya membangun infrastruktur, tapi juga membangun harapan. Listrik adalah pintu menuju pendidikan yang layak, akses informasi, dan pertumbuhan ekonomi,” ungkap Bahlil.

Hingga akhir 2024, sebanyak 83.693 desa dan kelurahan telah berhasil dilistriki. Namun pekerjaan belum usai. Masih ada jutaan warga yang belum menikmati nyala lampu saat malam tiba, yang harus bergantung pada lilin atau lampu pelita seperti masa kecil Menteri Bahlil.

Program Lisdes nyata dirasakan oleh Kasius, Kepala Desa Sukabangun, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Senyumnya melebar saat menceritakan perubahan signifikan yang terjadi di desanya. Setelah bertahun-tahun tak menikmati nyala listrik, kini ia dan warga lain akhirnya bisa merasakan kehadiran listrik tak hanya di malam hari tapi 24 jam non-stop.

“Saya sangat gembira dan bersyukur listrik sudah masuk di desa kami. Semoga dengan adanya listrik ini desa kami menjadi maju dan ekonomi masyarakat menjadi lebih meningkat lagi,“ ungkapnya.

Salah satu bagian dari Program Lisdes adalah kegiatan Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) untuk masyarakat tidak mampu. 

Sampai akhir tahun 2024, sebanyak 367.212 rumah tangga di seluruh Indonesia sudah menikmati akses listrik yang mandiri melalui BPBL. Program ini tidak hanya meringankan beban ekonomi, tetapi juga memastikan aspek keselamatan kelistrikan di lingkungan rumah tangga terpenuhi.

Sebagai penerima BPBL, ucapan syukur tidak pernah lepas dari cerita ibu Satiyem (90), seorang lansia yang hidup sendiri di Desa Jalen, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. 

“Alhamdulilah, makasih sekarang rumah saya sudah terang,” ungkapnya.

Program BPBL menjadi pelengkap dari skema Lisdes dan menunjukkan komitmen pemerintah dalam penyediaan listrik masyarakat. Melalui Lisdes dan program-program pendukung seperti BPBL, pemerintah ingin menjadikan nyala itu sebagai keniscayaan.

Bagi Bahlil Lahadalia, program Lisdes bukan sekadar angka, target, atau proyek. Ini adalah kisah pribadinya yang kini ingin ia ubah menjadi cerita kolektif bangsa: dari kegelapan menuju terang, dari ketertinggalan menuju pemerataan. Karena setiap anak Indonesia berhak belajar di bawah cahaya lampu, bukan redup api pelita. (JG)

Dipublikasikan: Jumat 30 Mei 2025