Sabtu, 02 Agustus 2025

Detail Berita

Rabu 20 November 2024 Berita Terkini

Kurangi Ketergantungan pada Energi Fosil, Indonesia Punya Potensi Besar Kembangkan Pembangkit EBT

Ringkasan Berita

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Surya, hidro, bioenergi, angin, panas bumi, dan laut memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai energi bersih dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

 

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Surya, hidro, bioenergi, angin, panas bumi, dan laut memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai energi bersih dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Hal ini disampaikan Koordinator Perencanaan Transmisi Tenaga Listrik Muhadi pada panel Discussion Green Investment to Support Future Trend of Industries sebagai rangkaian acara Electricity Connect 2024 The 79th Indonesia National Electricity Day “Go Beyond Power Energizing The Future” di Jakarta, Rabu (20/11/2024).

Muhadi menyampaikan Indonesia potensi energi baru terbarukan (EBT) yang dapat dikembangkan mencapai 3.686 GW. Namun, pemanfaatannya masih minim, dengan kapasitas terpasang baru mencapai 12,41 GW.

Ia juga menyampaikan dalam proyeksi kebutuhan listrik hingga tahun 2060, sektor industri diprediksi mendominasi dengan kontribusi sebesar 43%, diikuti oleh sektor rumah tangga (28%), komersial (18%), dan kendaraan bermotor listrik (11%). Perkiraan tersebut juga memperhitungkan kebutuhan energi untuk mendukung kawasan strategis seperti Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), smelter, Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT), serta Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP).

“Untuk mendukung pemanfaatan energi terbarukan, rencana produksi hidrogen hijau atau Green Hydrogen akan memanfaatkan potensi hydro, solar, dan nuklir di wilayah Papua, NTT, dan Kalimantan Barat,” kata Muhadi.

Di sisi infrastruktur, Muhadi mengungkapkan pembangunan supergrid direncanakan untuk menghubungkan sumber energi dengan pusat permintaan listrik. Beberapa proyek utama yang akan dikembangkan adalah backbone 500 kV di Sumatera, interkoneksi Sumatera-Jawa pada 2031, serta transmisi 500 kV di Kalimantan dan 275 kV di Sulawesi untuk mendukung kebutuhan listrik smelter.

“Kebutuhan investasi yang sangat besar tersebut tentunya tidak bisa sepenuhnya oleh pembiayaan PLN sehingga diperlukan dukungan pemerintah dan partisipasi swasta dalam pembiayaan proyek proyek transmisi, seperti KPBU, Diferred Payment, dan lainnya,” ujar Muhadi.

 

Vice President PT PLN (Persero) Hendro Prasetyawan mengatakan PLN terus mendorong pengembangan infrastruktur jaringan listrik nasional, dengan fokus pembangunan jaringan interkoneksi di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Ia mengungkapkan bahwa PLN berencana mengembangkan backbone listrik di setiap regional untuk memastikan distribusi energi yang lebih merata. Pembangunan ini juga mencakup jaringan transmisi yang terintegrasi antarregional.

“Namun, untuk mewujudkan proyek strategis ini, terutama dalam pembangunan EBT selama periode 2024-2033, PLN membutuhkan dana sekitar 110 juta dolar AS,” ujar Hendro.

Mengingat keterbatasan anggaran, PLN tidak dapat membiayai seluruh proyek secara mandiri. Oleh karena itu, PLN menggandeng mitra pengembang dan investor guna mempercepat realisasi infrastruktur yang dibutuhkan. Kolaborasi ini menjadi langkah penting untuk memenuhi kebutuhan energi sekaligus mendukung target transisi energi nasional. (AT)

 

Dipublikasikan: Rabu 20 November 2024