Selasa, 05 Agustus 2025

Detail Berita

Senin 26 Mei 2025 Berita Terkini

Umumkan RUPTL PLN 2025-2034, Menteri ESDM Targetkan Tambahan Kapasitas Pembangkit Listrik 69,5 GW

Ringkasan Berita

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik nasional sebesar 69,5 gigawatt (GW) selama sepuluh tahun ke depan. 76 persen penambahan kapasitas pembangkit listrik tersebut akan berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT) serta sistem penyimpanan energi seperti baterai dan pumped storage.

 

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik nasional sebesar 69,5 gigawatt (GW) selama sepuluh tahun ke depan. 76 persen penambahan kapasitas pembangkit listrik tersebut akan berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT) serta sistem penyimpanan energi seperti baterai dan pumped storage.

Target ini tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2025-2034 yang diumumkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Senin (26/5/2025) di Jakarta.

“Kita membutuhkan 69,5 GW listrik mulai dari tahun 2025 sampai dengan 2034, ini oportunity yang sangat bagus sekali,” ujar Bahlil.

Dalam dokumen RUPTL tersebut, rencana pembangunan pembangkit listrik lima tahun pertama mencakup kapasitas 27,9 GW, dengan rincian 9,2 GW berbasis gas, 12,2 GW dari EBT, 3 GW untuk sistem penyimpanan energi, serta 3,5 GW dari pembangkit batubara yang sudah dalam tahap penyelesaian konstruksi. Selanjutnya, pada lima tahun kedua, fokus utama bergeser ke pengembangan EBT dan penyimpanan energi dengan total kapasitas 37,7 GW atau 90 persen dari keseluruhan rencana.

Bahlil memaparkan juga  pembangkit energi terbarukan yang akan dikembangkan dalam RUPTL ini meliputi tenaga surya (17,1 GW), angin (7,2 GW), panas bumi (5,2 GW), hidro (11,7 GW), dan bioenergi (0,9 GW). Selain itu, pemerintah mulai memperkenalkan energi baru seperti nuklir dengan rencana pembangunan dua unit reaktor kecil di Sumatera dan Kalimantan, masing-masing berkapasitas 250 MW.

Bahlil menegaskan bahwa proyeksi pembangunan pembangkit listrik yang tertuang dalam RUPTL telah disusun dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan mencapai 8 persen.

"Ini semua kita lakukan dengan memperhitungkan, mempertimbangkan tingkat pertumbuhan ekonomi kita yang mencapai pada akhirnya 8%. Jadi konsumsi listrik per kapita kita juga, kita hitung secara seksama," ungkap Bahlil.

Dengan langkah ini, pemerintah berharap dapat mendorong transisi energi serta meningkatkan ketahanan listrik nasional dalam satu dekade mendatang. (AT)

 

Dipublikasikan: Senin 26 Mei 2025