Komitmen ASEAN Mengembangkan Energi Rendah Emisi Melalui Teknologi Bersih

Ringkasan Berita
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama negara-negara di ASEAN terus berkomitmen menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang menuju transisi energi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi bersih dan inovatif dalam pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Ida Nuryatin Finahari dalam acara “23rd ASEAN Forum on Coal (AFOC) Council Meeting” di Bogor, Rabu (07/05/2024).
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama negara-negara di ASEAN terus berkomitmen menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang menuju transisi energi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi bersih dan inovatif dalam pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Ida Nuryatin Finahari dalam acara “23rd ASEAN Forum on Coal (AFOC) Council Meeting” di Bogor, Rabu (07/05/2024).
“Saat ini, kita memasuki babak baru di mana batubara dapat dikembangkan dengan nilai yang lebih tinggi, melalui penerapan teknologi yang bersih dan inovatif,” ujar Ida.
Lebih lanjut, Ida menjelaskan bahwa kapasitas listrik terpasang di negara-negara ASEAN sebagian besar masih bergantung pada bahan bakar fosil, yang terdiri dari batubara dan gas. Keduanya menjadi penopang beban dasar dalam sistem energi karena keunggulannya dalam hal ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan yang hingga kini masih sulit ditandingi oleh sumber daya lainnya.
“Namun demikian, kita juga menyadari bahwa pemanfaatan batubara sebagai sumber energi utama di kawasan kita memerlukan pengembangan lebih lanjut karena kita telah berkomitmen untuk mencapai masa depan yang lebih rendah karbon,” jelas Ida.
Ida juga menjelaskan bahwa saat ini Indonesia telah menyusun dokumen perencanaan energi primer diantaranya Kebijakan Energi Nasional (KEN), Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang lebih ramah lingkungan.
“Saat ini, Indonesia telah merumuskan dokumen perencanaan energi primer yang tidak hanya menyajikan proyeksi permintaan dan pasokan, namun juga memandu transformasi menuju sistem ketenagalistrikan yang lebih ramah lingkungan dan lebih dapat diandalkan,” ungkap Ida.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Executive Officer Energy Comission Malaysia Puan Siti Safinah Salleh mengungkapkan bahwa dalam diskusi ini, negara-negara ASEAN tidak dapat mengabaikan realitas perubahan iklim. Oleh karena itu, diskusi harus berfokus pada rekonsiliasi antara peran batubara yang berkelanjutan dengan kelestarian lingkungan.
“Teknologi batubara yang lebih bersih seperti pembangkit listrik rendah emisi serta carbon capture and storage tidak lagi menjadi pilihan, teknologi-teknologi tersebut kini menjadi sangat penting bagi kita untuk melangkah ke masa depan,” kata Siti.
Senada dengan Siti, Senior Manager of ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC) Beni Suryadi menyatakan bahwa evolusi industry batu bara rendah emisi saat ini menjadi kebutuhan yang mendesak.
“Industri batu bara harus berevolusi, transisi sektor batu bara ke model yang lebih bertanggung jawab, rendah emisi dan berkelanjutan tidak hanya diperlukan, tetapi juga sangat mendesak,” ujar Beni.
Dalam mewujudkan cita-cita ASEAN untuk mencapai target transisi energi, diperlukan kolaborasi lintas sektoral antara pemerintah sebagai regulator, perusahaan sebagai investor, lembaga akademis dan penelitian sebagai inovator, serta masyarakat sebagai kontributor dalam mendukung pengembangan energi masa depan yang lebih bersih
“Bersama-sama, kita dapat menciptakan sistem energi yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan dan terjangkau untuk menjawab tantangan di masa depan,” tutup Ida.
ASEAN Forum on Coal (AFOC) merupakan forum yang dibentuk oleh negara-negara ASEAN untuk melakukan dialog dan pertukaran informasi berbagai isu terkait batubara, termasuk kerjasama, perkembangan teknologi dan kebijakan terkait industri batubara. Selain negara-negara ASEAN, organisasi lain seperti Global CCS Institute, JCOAL, ERIA, FutureCoal, CETERI juga turut berkontribusi dalam diskusi untuk mewujudkan cita-cita energi ASEAN. Kementerian ESDM cq Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menjadi tuan rumah pelaksanaan “23rd ASEAN Forum on Coal (AFOC) Council Meeting” bekerjasama dengan ASEAN Centre for Energy (ACE) dan Sekretariat ASEAN. (U)