Minggu, 24 Agustus 2025

Detail Berita

Rabu 20 Agustus 2025 Berita Terkini

PLTN Tak Lagi Jadi Opsi Terakhir, Kini Hadir Sebagai Penyeimbang Energi

Ringkasan Berita

Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia tak lagi menjadi opsi terakhir. Perencanaan ketenagalistrikan  menempatkan PLTN sebagai penyeimbang energi. Tantangan terbesar untuk mewujudkannya adalah keberterimaan masyarakat.

 

Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia tak lagi menjadi opsi terakhir. Perencanaan ketenagalistrikan  menempatkan PLTN sebagai penyeimbang energi. Tantangan terbesar untuk mewujudkannya adalah keberterimaan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman Hutajulu pada acara Nusantara Energy Forum 2025, Rabu (20/08/2025) di Jakarta.

Jisman menjelaskan, Nuklir kini dilihat sebagai penyeimbang untuk menjamin keandalan sistem ketenagalistrikan. Ke depan, ketika masyarakat sudah menerima, regulasi sudah siap, dan teknologi semakin matang, ruang bagi pengembangan nuklir akan semakin besar.

“Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) terbaru yang telah disetujui DPR RI, nuklir ditempatkan sebagai penyeimbang energi,” ungkap Jisman.

Sejalan dengan itu, dalam dokumen Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034,  rencana pembangunan PLTN telah dinyatakan secara eksplisit. Sesuai RUPTL PLN, dua unit PLTN dengan kapasitas masing-masing 2x250 MW akan dibangun.

Meski demikian, Jisman menekankan bahwa pembangunan PLTN tidak bisa dilakukan tergesa-gesa. Regulasi harus disusun matang, organisasi Nuclear Energy Program Implementing Organization (NEPIO) perlu segera dibentuk, serta BUMN dilibatkan agar pengelolaan tetap berada dalam kendali negara.

Lebih lanjut Jisman menegaskan bahwa tantangan terbesar dalam pembangunan PLTN adalah keberterimaan publik.  Menurutnya teknologi nuklir sudah memasuki generasi ke empat dan terbukti aman. Namun, sosialisasi dan edukasi tetap menjadi langkah awal yang penting.

“Keberterimaan publik menjadi kunci. Jika masyarakat sudah memahami manfaat dan keamanan teknologi nuklir, barulah kita bisa melangkah lebih jauh,” kata Jisman.

Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Syaiful Bakhri, menyebut, pihaknya tengah menyiapkan arah penelitian nuklir untuk tiga bidang utama energi, kesehatan, dan ketahanan pangan.

“Untuk energi, riset diarahkan mendukung pembangunan PLTN pertama pada 2032. Sementara di sektor kesehatan digunakan untuk diagnosis dan terapi, serta di bidang pangan untuk sterilisasi dan peningkatan kualitas ekspor,” ujar Syaiful.

Direktur Teknologi, Enjiniring, dan Keberlanjutan PT PLN (Persero) Evy Haryadi menegaskan bahwa PLN mendukung penuh program nuklir. Menurutnya, energi nuklir merupakan solusi ideal untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional yang andal, terjangkau, dan ramah lingkungan.

“Nuklir sama murahnya dengan batu bara, tetapi dia bersih. Jadi nuklir adalah solusi yang ideal,” tegas Evy.

Meski begitu, Evy menilai ada tiga pekerjaan rumah krusial: penetapan national position, kelembagaan melalui pembentukan NEPIO, serta keterlibatan masyarakat.

“Persepsi publik harus diubah. Sosialisasi bahkan perlu masuk ke sekolah-sekolah karena program ini jangka panjang,” ujar Evy.

Nusantara Energy Forum merupakan dialog strategis yang membahas peluang kemandirian energi nasional di tengah ketergantungan energi fosil dan tantangan keberlanjutan lingkungan. Forum ini menghadirkan pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat sipil untuk berbagi pandangan dalam mengembangkan sistem energi nasional yang tangguh dan berdaya saing. (AT)

 

Dipublikasikan: Rabu 20 Agustus 2025