PLTU Labuan Gelar Uji Coba Co-Firing Amonia untuk Dukung Transisi Energi
Ringkasan Berita
Dalam upaya mempercepat transisi energi dan mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060, PLTU Banten 2 Labuan menggelar uji coba Partial Green Ammonia Co-Firing, Rabu (26/02/2025). Uji coba ini merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam mengurangi emisi karbon secara bertahap melalui penerapan teknologi co-firing biomassa dan amonia di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) eksisting.
Dalam upaya mempercepat transisi energi dan mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060, PLTU Banten 2 Labuan menggelar uji coba Partial Green Ammonia Co-Firing, Rabu (26/02/2025). Uji coba ini merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam mengurangi emisi karbon secara bertahap melalui penerapan teknologi co-firing biomassa dan amonia di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) eksisting.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman P. Hutajulu, menyampaikan bahwa teknologi co-firing merupakan langkah efektif dalam meningkatkan bauran energi terbarukan tanpa memerlukan investasi modal (capex) yang besar.
“Co-firing menjadi sangat penting untuk mencapai target bauran energi terbarukan, di mana kita tidak perlu membangun pembangkit baru, tetapi cukup menggantikan energi primer berbasis fosil menjadi berbasis renewable,” ujarnya saat memberikan sambutan secara virtual Testing Day Co-Firing Amonia di PLTU Banten 2 Labuan.
Jisman menegaskan bahwa Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) menargetkan pengembangan pembangkit berbahan bakar bebas karbon, termasuk penggunaan green ammonia (NH?).
“Pada tahun 2060, diproyeksikan akan ada sekitar 8,4 GW PLTU yang menggunakan bahan bakar amonia sepenuhnya,” ujar Jisman.
Untuk mencapai target tersebut, strategi fuel switching akan diterapkan dengan mengalihkan PLTU ke 100% green NH? untuk kebutuhan base load dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTGas) ke 100% green H? guna menjaga fleksibilitas sistem kelistrikan, khususnya di kota-kota besar.
Jisman menjelaskan bahwa uji coba di PLTU Labuan bertujuan untuk mendapatkan pemahaman komprehensif terkait aspek teknis, ekonomis, dampak lingkungan, serta tantangan lainnya dari penggunaan Partial Green Ammonia Cofiring sebagai bahan bakar campuran.
“Saya memahami bahwa implementasi co-firing amonia bukan tanpa tantangan. Aspek teknis, keselamatan operasional, ketersediaan pasokan amonia, serta biaya produksi menjadi hal-hal yang harus kita hadapi dan carikan solusinya bersama,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengungkapkan kebanggaannya atas sinergi dari PLN IP, Pupuk Kujang maupun IHI Corporation dalam pengembangan amonia co-firing di PLTU yang sejalan dengan Strategi Hidrogen Nasional (SHN) dan Roadmap Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) Kementerian ESDM.
"Kolaborasi yang dikerjakan saat ini antara PLN Indonesia Power, Pupuk Kujang dan IHI Corporation dalam menerapkan amonia cofiring di PLTU menjadi bagian penting untuk upaya inisiasi penurunan emisi di pembangkit listrik tenaga uap yang saat ini berbahan bakar batubara, hal ini selaras dengan konsep pengembangan hidrogen dan amonia," ujar Eniya.
Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PT PLN (Persero) Hartanto Wibowo mengatakan bahwa inovasi amonia co-firing di PLTU Labuan yang dilakukan PLN Indonesia Power akan terus ditingkatkan kedepannya untuk memberikan dampak yang luar biasa yaitu transisi energi di Indonesia.
"Mengutip yang dikatakan Neil Armstrong saat menginjakkan kaki di bulan, one small step for man, one giant leap for mankind dan hari ini dapat dikatakan kita berkumpul dengan tema One small step for PLN, one giant step for Indonesia. Hari ini kita melakukan peristiwa bersejarah yaitu ammonia co-firing PLTU pertama di Indonesia, pencapaian ini merupakan kolaborasi yang luar biasa. Hal ini adalah langkah kecil yang akan dilanjutkan dan terus ditingkatkan kedepan," Ungkap Hartanto.
Lebih lanjut, Jisman menyampaikan bahwa hasil dari uji coba ini diharapkan dapat menjadi pijakan untuk pengembangan skala penuh di PLTU lainnya di seluruh Indonesia. Ia juga menambahkan bahwa jika di suatu wilayah terdapat sumber listrik dengan harga kompetitif, seperti dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala besar, namun permintaan industri di daerah tersebut masih rendah, maka produksi amonia bisa menjadi alternatif yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar co-firing di PLTU batu bara.
“Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap upaya global dalam mengurangi emisi karbon,” ujar Jisman.
Pemerintah berkomitmen untuk terus mendukung riset dan implementasi energi baru terbarukan di sektor kelistrikan serta memastikan kebijakan yang kondusif bagi percepatan inovasi di bidang ini. Langkah ini sejalan dengan visi Indonesia dalam mencapai target NZE pada tahun 2060. (AT)