Sabtu, 02 Agustus 2025

Detail Berita

Kamis 19 Juni 2025 Berita Terkini

Hadiri SOME ke-43, Dirjen Gatrik Tegaskan Komitmen Pengembangan Pembangkit EBT

Ringkasan Berita

Pemerintah Indonesia berkomitmen mendorong percepatan transisi energi untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE). Upaya tersebut dilakukan dengan mempercepat pengembangan pembangkit energi baru dan terbarukan, seperti tenaga air dan panas bumi. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dab Sumber Daya Mineral (ESDM) pada pertemuan tahunan the 43rd Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Senior Official Meeting on Energy (SOME) di Kota Kucing, Serawak, Malaysia, Senin (16/6/2025).

Pemerintah Indonesia berkomitmen mendorong percepatan transisi energi untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE). Upaya tersebut dilakukan dengan mempercepat pengembangan pembangkit energi baru dan terbarukan, seperti tenaga air dan panas bumi. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dab Sumber Daya Mineral (ESDM) pada pertemuan tahunan the 43rd Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Senior Official Meeting on Energy (SOME) di Kota Kucing, Serawak, Malaysia, Senin (16/6/2025).

“Kami telah merencanakan untuk mempercepat pengembangan pembangkit energi baru dan terbarukan, seperti tenaga air dan panas bumi selama delapan tahun ke depan,” ujar Jisman.

Selain itu, ia menekankan pentingnya pengembangan pembangkit dengan masa konstruksi yang lebih singkat seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Namun, karena intermittensi dan pembatasan sumber energi terbarukan yang bervariasi (17% untuk tenaga surya dan 35% untuk angin), maka diperlukan pembangkit gas sebagai pengikut beban.

“Kami berencana untuk memperluas kapasitas gas kami sekitar 10 GW selama 10 tahun ke depan di mana 5 tahun pertama akan menjadi porsi terbesar,” papar Jisman

Jisman menuturkan untuk periode 5 tahun kedua dengan dukungan pembangkit gas sebagai pengikut beban, pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi akan mulai beroperasi.

Lebih lanjut, Jisman menjelaskan strategi jangka panjang untuk mencapai NZE pada tahun 2060 telah ditetapkan dalam Dokumen Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Berdasarkan RUKN, pada tahun 2060 Indonesia berencana untuk mencapai tambahan pembangkitan sebesar 443 GW.

Peningkatan kapasitas pembangkit listrik 443 Gigawatt (GW) ini terdiri dari, 98 GW Energi Terbarukan yang stabil (seperti hidro, panas bumi, dan biomassa), 184 GW Energi Terbarukan Variabel (seperti angin, matahari, dan laut), 70 GW Energi Baru (seperti Nuklir, Hidrogen, dan Panas Buang), dan 92 GW Fosil yang dikombinasikan dengan Carbon Capture and Storage (CCS) dengan dukungan penyimpanan sebesar 34 GW (Pumped Hydro dan Battery Energy Storage System (BESS)).

Selain itu, ia menerangkan porsi energi terbarukan akan lebih tinggi dari fosil pada tahun 2034 (52%) dan terus meningkat menjadi 74% pada Tahun 2060. Sementara pembangkit fosil yang tersisa dalam bauran energi akan dilengkapi dengan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) untuk menjaga keseimbangan emisi karbon.

Sebagai informasi, capaian bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) ASEAN pada Tahun 2022 adalah 15,6% dan bauran EBT di pembangkit tenaga listrik ASEAN Tahun 2022 sekitar 33,6% dengan target 35% pada Tahun 2025. Sementara itu, kapasitas transaksi jual beli listrik lintas negara di kawasan ASEAN telah mencapai 10,2 GW, dan diproyeksikan tumbuh hingga 25 GW pada 2035.

Pertemuan SOME ke-43 juga membahas kerjasama ASEAN dalam hal pemanfaatan batubara bersih, pengembangan EBTKE bersih (termasuk nuklir), dan transmisi lintas negara (ASEAN Power Grid). (RO)

Dipublikasikan: Kamis 19 Juni 2025