Menteri ESDM Paparkan Capaian Kinerja 2024, Penurunan Emisi GRK Lebihi Target

Ringkasan Berita
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sektor energi sebesar 147,61 juta ton CO2 pada 2024. Angka ini melebihi target 142 juta ton CO2. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan realisasi 2023 yang mencapai 127,67 juta ton CO2. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2024 di Jakarta, Senin (3/2/2025).
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sektor energi sebesar 147,61 juta ton CO2 pada 2024. Angka ini melebihi target 142 juta ton CO2. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan realisasi 2023 yang mencapai 127,67 juta ton CO2. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2024 di Jakarta, Senin (3/2/2025).
Untuk mendukung penurunan emisi GRK sektor energi, berbagai upaya dilakukan salah satunya pengembangan pembangkit listrik sebesar 71 GW dari tahun 2025 hingga 2034 dimana 72% berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Energy storage.
“Saya kira sangat jelas sekali kita concern betul dalam menggunakan energi baru terbarukan tapi ada tahapannya dan negara sudah setuju 2060 Net Zero Emissions. RUPTL sudah kita bahas ya, makronya 71 GW, nah dari 71 GW itu perencanaan awalnya 72% itu EBT, ini tinggal detailnya nanti kita bahas,” ungkap Bahlil.
Lebih lanjut Bahlil menjelaskan bahwa kapasitas terpasang pembangkit pada tahun 2024 mencapai 101 Giga Watt (GW) dimana pembangkit fosil termasuk batubara, gas dan BBM sebesar 86 GW (85%) dan pembangkit EBT sebesar 15,1 GW (15%).
“Sebagai bentuk komitmen kita bagaimana, Indonesia, kami mempensiunkan dini 660 MW PLTU Cirebon. Jadi kita pensiunkan 7 tahun sebelum masa pensiun, sebagai komitmen kita,” jelas Bahlil.
Bahlil juga menjelaskan dalam perencanaan RUPTL 2025-2034 akan dibangun transmisi sepanjang 48.000 Kilometer sirkit (kms) untuk mendukung penyebaran listrik dari sumber EBT.
“Kita ini punya sumber energi-energi baru terbarukan-nya banyak, tapi tahu kan transmisi kita masih kekurangan. Jadi sumber energinya contoh di Papua Jayapura, tapi disitu gak punya jaringan, ya gimana cara memindahkan, mau gak mau kita membangun jaringan. Makanya dalam RUPTL kita bangun sekitar 48.000 kilometer sirkit,” ujar Bahlil.
Untuk perencanaan listrik pada RUPTL disebut Bahlil terdiri dari 71 GW dengan 72% porsi EBT dan Energy Storage untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 8% selama 10 tahun kedepan hingga 2034.
“Investasi transmisi ini 48.000 kms ini dibutuhkan uang kurang lebih sebesar 400-450 T rupiah. Nah kalau ini mampu kita lakukan maka saya yakinkan Insha Allah negara kita ini aman untuk melayani masyarakat dan industri dengan mengedepankan energi baru terbarukan,” kata Bahlil. (U)