Pemerintah Indonesia Sambut Baik Penerbitan ASEAN Energy Outlook ke-8

Ringkasan Berita
Pemerintah Indonesia menyambut baik penerbitan ASEAN Energy Outlook ke-8 (AEO-8). AEO-8 merupakan dokumen penting yang bertujuan untuk memetakan kebutuhan energi negara-negara anggota ASEAN.
Pemerintah Indonesia menyambut baik penerbitan ASEAN Energy Outlook ke-8 (AEO-8). AEO-8 merupakan dokumen penting yang bertujuan untuk memetakan kebutuhan energi negara-negara anggota ASEAN.
“Kami berharap agar dokumen ini tidak hanya menjadi pedoman bagi negara-negara ASEAN dalam memetakan kebutuhan energi, tetapi juga memastikan bahwa setiap negara mampu mencapai keamanan energi sambil memperhatikan aspek transisi menuju energi bersih,” ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan pada acara SOME+3 Preparatory Meeting for The 21st AMEM+3, Vientiane, Rabu (25/09/2024).
ASEAN Centre for Energy (ACE) menyampaikan bahwa konsumsi energi akhir ASEAN masih didominasi oleh sektor industri dan transportasi, dengan batu bara dan produk minyak mendominasi masing-masing. Secara keseluruhan, permintaan energi final diperkirakan akan tumbuh 2,6 kali lipat dari tahun 2022 hingga 2050. Untuk menjamin keamanan dan keberlanjutan energi, AEO-8 mengusulkan penghentian secara signifikan penggunaan biomassa tradisional (kayu, arang) dan LPG diharapkan pada tahun 2050, dan digantikan oleh peralatan berbasis tenaga listrik.
Melalui AEO-8, ACE mengusulkan kepada pemerintah negara ASEAN untuk memaksimalkan efisiensi energi di sisi permintaan karena berdasarkan analisis terlihat jelas menunjukkan pentingnya langkah-langkah efisiensi energi. Ruang untuk perbaikan sangat besar, dan perlunya desain dan implementasi standar yang lebih kuat, kemajuan investasi pada teknologi dan langkah-langkah efisiensi energi, lebih banyak diversifikasi ke alternatif rendah-karbon, dan respons permintaan yang cerdas sebagai strategi lintas sektoral utama. Di sisi pasokan, AEO-8 mengharapkan kepastian diversifikasi dan keamanan energi sebagai kunci. Mengoptimalkan energi terbarukan harus fokus pada diversifikasi sumber daya yang tersedia secara lokal, didukung oleh modernisasi jaringan tenaga listrik. Dalam mengamankan transisi energi, gas alam dan CCS perlu dipertimbangkan, dan keterlibatan masyarakat harus ditingkatkan, khususnya untuk meningkatkan akses energi. AEO-8 memandang interkonektivitas energi sebagai pengungkit utama dalam mensinergikan dan meningkatkan dampak dari strategi nasional. Tidak hanya dalam hal infrastruktur, seperti jaringan listrik dan pipa gas, ASEAN juga perlu mengkoordinasikan kebijakan, dukungan internasional, dan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan untuk memaksimalkan dampaknya. Strategi-strategi tersebut harus menjadi komponen utama dalam agenda kerja sama energi regional, khususnya melalui ASEAN Plan of Action on Energy Cooperation (APAEC) Pasca-2025.
Jisman menyampaikan dalam diskusi yang melibatkan negara-negara ASEAN dan mitra dialog China, Jepang, serta Korea Selatan (ASEAN+3) dalam pertemuan Senior Officials Meeting on Energy (SOME+3 (China, japan, Korea) Preparatory Meeting For The Twenty First ASEAN+3 Ministers on Energy Meeting (SOME+3 Prep for The 21st AMEM+3)), disepakati pentingnya kolaborasi lebih erat dalam sektor energi.
“Jika pernyataan bersama ini disetujui, kolaborasi antara ASEAN dan tiga negara mitra diharapkan semakin intensif mendorong inovasi serta solusi berkelanjutan di sektor energi,” ungkap Jisman. (AT)